Jumat, 30 Oktober 2009

Kemelut Perbedaan

Seperti inilah sebuah perbedaan. Setiap hal, setiap benda, dan setiap manusia di Bumi ini pasti memiliki perbedaan. Sekalipun berbagai hal, benda, atau manusia itu identik misalnya. Dari perbedaan-perbedaan yang ada, ada hal yang dapat kita buat sama, ada juga yang harus selalu begitu, takbisa dan takboleh diubah. Dan mengubah hal yang berbeda dan boleh diubah itu sulit sekali. Kadang, perbedaan itu menyenangkan. Kadang, persamaan membosankan. Namun, kadang perbedaan itu menjadi masalah dan persamaan itu menjadi penting. Dan persepsi mengenai penting-tidaknya sebuah perbedaan dijadikan sebuah masalah yang harus diselesaikan menjadi sebuah persamaan itu pun bisa jadi berbeda. Ya, memang terlampau banyak perbedaan yang muncul di muka Bumi ini. Kadang, kita bisa menerimanya dengan lapang dada, kadang juga tidak. Bergantung pada kepentingan tertentu. Bergantung pada sejauh mana kita memerdulikannya.

Seandainya tidak ada perbedaan di muka Bumi ini, akankah hidup ini menjadi lebih tenang dan seluruh persoalan bias diselesaikan dengan jalan damai? Yang paling penting untuk mengatasi perbedaan adalah sikap saling menerima dan toleransi. Namun, di sinilah persoalan-baru muncul. Tidak semua perbedaan dapat diterima dan ditoleransi. Dan ketika sebuah perbedaan tidak bisa diabaikan begitu saja dengan rasa saling menerima dan saling bertoleransi maka harus dibuat langkah-langkah untuk menyamakan dua hal yang berbeda itu. Lagi-lagi, persoalan-baru muncul. Tidak semua perbedaan itu dapat dibuat menjadi sama. Bahkan, ada juga perbedaan yang bisa dibuat sama, tetapi sulit terwujud karena tiap-tiap perbedaan itu terikat oleh tali yang kuat pada tiang yang kokoh di kedua sisi yang berlawanan. Lalu, bagaimana cara mengatasinya?

Satu-satunya cara adalah harus ada yang dikorbankan, harus ada yang direlakan. Ini bukan soal menang atau kalah, tapi soal bagaimana menciptakan kehidupan yang selaras, serasi, seimbang, guna menciptakan kehidupan yang harmonis. Lalu, bagaimana jika perbedaan itu tidak bisa dibuat sama? Atau bagaimana jika perbedaan yang bisa dibuat sama itu menjadi tidak bisa dibuat sama karena tidak ada pihak yang saling merelakan dan tidak ada yang mau dikorbankan? Hanya ada satu cara, yaitu menyimpan perbedaan itu di tempat semula masing-masing dan menciptakan dunia baru yang berjalan masing-masing di arah yang berlawanan.
Sekali lagi, ini bukan soal kalah dan menang ….

(Untuk seseorang yang berkemelut hatinya karena sebuah perbedaan)

Kamis, 29 Oktober 2009

Selusuh Gerimis
Senja ini berguguran
Seperti daun dan tetesan embun.
Menyelusuri jemari waktu, beringsut
Tinggalkan rayuan bulan
Seiring jejak berderit,
Kepompong tumbuh
Menari di tengah selusuh gerimis
Walau gontai, kupungut juga jingga di sajakmu

Sajak Air Mata
Akhirnya aku jatuh bersama sajak biru,
Menelusuri duri-duri di tubuhmu.
Tlah kutemukan dunia yang merenggutmu.
Bukan jejak waktu,
Bukan pula kokok ayam jantan.
Tapi itu…pelangi yang tersenyum genit ke arahmu.
Kucumbui juga air mata
Luka ini,
Adalah lecutan.
Terima kasih karena telah ingatkanku
Tentang harga sebuah kesetiaan,
Dan harapan.

Rabu, 28 Oktober 2009

Kemelut Perbedaan

Seperti inilah sebuah perbedaan. Setiap hal, setiap benda, dan setiap manusia di Bumi ini pasti memiliki perbedaan. Sekalipun berbagai hal, benda, atau manusia itu identik misalnya. Dari perbedaan-perbedaan yang ada, ada hal yang dapat kita buat sama, ada juga yang harus selalu begitu, takbisa dan takboleh diubah. Dan mengubah hal yang berbeda dan boleh diubah itu sulit sekali. Kadang, perbedaan itu menyenangkan. Kadang, persamaan membosankan. Namun, kadang perbedaan itu menjadi masalah dan persamaan itu menjadi penting. Dan persepsi mengenai penting-tidaknya sebuah perbedaan dijadikan sebuah masalah yang harus diselesaikan menjadi sebuah persamaan itu pun bisa jadi berbeda. Ya, memang terlampau banyak perbedaan yang muncul di muka Bumi ini. Kadang, kita bisa menerimanya dengan lapang dada, kadang juga tidak. Bergantung pada kepentingan tertentu. Bergantung pada sejauh mana kita memerdulikannya.
Seandainya tidak ada perbedaan di muka Bumi ini, akankah hidup ini menjadi lebih tenang dan seluruh persoalan bias diselesaikan dengan jalan damai? Yang paling penting untuk mengatasi perbedaan adalah sikap saling menerima dan toleransi. Namun, di sinilah persoalan-baru muncul. Tidak semua perbedaan dapat diterima dan ditoleransi. Dan ketika sebuah perbedaan tidak bisa diabaikan begitu saja dengan rasa saling menerima dan saling bertoleransi maka harus dibuat langkah-langkah untuk menyamakan dua hal yang berbeda itu. Lagi-lagi, persoalan-baru muncul. Tidak semua perbedaan itu dapat dibuat menjadi sama. Bahkan, ada juga perbedaan yang bisa dibuat sama, tetapi sulit terwujud karena tiap-tiap perbedaan itu terikat oleh tali yang kuat pada tiang yang kokoh di kedua sisi yang berlawanan. Lalu, bagaimana cara mengatasinya?
Satu-satunya cara adalah harus ada yang dikorbankan, harus ada yang direlakan. Ini bukan soal menang atau kalah, tapi soal bagaimana menciptakan kehidupan yang selaras, serasi, seimbang, guna menciptakan kehidupan yang harmonis. Lalu, bagaimana jika perbedaan itu tidak bisa dibuat sama? Atau bagaimana jika perbedaan yang bisa dibuat sama itu menjadi tidak bisa dibuat sama karena tidak ada pihak yang saling merelakan dan tidak ada yang mau dikorbankan? Hanya ada satu cara, yaitu menyimpan perbedaan itu di tempat semula masing-masing dan menciptakan dunia baru yang berjalan masing-masing di arah yang berlawanan.
Sekali lagi, ini bukan soal kalah dan menang ….

(Untuk seseorang yang berkemelut hatinya karena sebuah perbedaan)

Selasa, 27 Oktober 2009

Seseorang Bertanya

Seseorang bertanya kepada tanah, “Tanah, kautau di mana cinta?”

Tanah menjawab, “Cinta menempel di pepohonan bersama debu-debu.”

Orang itu langsung menemui pohon dan berkata, “Pohon, aku ingin bertemu dengan cinta!”

Pohon menjawab, “Cinta terbawa angin bersama dedaunan.”

Orang itu menemui angin dan bertanya, “Angin, kata pohon, cinta terbawa olehmu. Bolehkah aku menemuinya?”

Angin menjawab, “Oh, mungkin tersangkut di awan.”

Orang itu menemui awan dan bertanya, “Awan, bolehkah aku mencari cinta di antara tubuhmu?”

Awan menjawab, “Sayang sekali, cinta telah kutitipkan pada samudra melalui hujan.”

Orang itu bergegas menuju samudra. Dengan napas terengah-engah, dia bertanya parau, “Samudra, waktuku takbanyak, tenagaku hampir habis, pertemukanlah aku dengan cinta!”

Samudra memejamkan matanya dan mengembuskan napas lalu berkata dengan lembut, “Menyelamlah, semoga kautemukan cintamu. Setelah bertemu, bawalah dia ke daratan yang hijau ….”

Orang itu langsung menyelam dan takpernah muncul lagi.


Blogspot Template by Isnaini Dot Com and Supported by Doocu.Com - Free PDF upload and share